Bali Aga; Bali Tua di Sebuah Desa Bernama Trunyan – Bagian 1

Bali Aga; Bali Tua di Sebuah Desa Bernama Trunyan – Bagian 1

13 Mar 2019   |   By Franco Londah   |   2412 Views

Coklatkita.com - Bali, dikenal sebagai pula seribu pura, surga berselancar peselancar seluruh dunia, dan destinasi wisata baik lokal maupun luar negeri. Tetapi, Bali tidak hanya seputar pantai dan desa wisata macam Ubud dan Panglipuran saja. Karena ada sebuah desa yang akan mengenalkan lebih dekat lagi kebudayaan  masyarakat Bali kuno yang lestari sampai dengan hari ini di pulau dewata.

Selain itu, Desa Trunyan memiliki beberapa fakta menarik untuk diketahui sebelum memutuskan berkunjung ke sana. Lantas, apa saja faktanya? berikut ulasannya

Kita mulai dari Sejarah Desa Trunyan Bali terlebih dahulu. Berada di kawasan Kintamani, desa Trunyan diambil dari sebuah pohon yang tumbuh subur di wilayah tersebut.  Desa Trunyan memilik tradisi yang diwariskan turun temurun oleh nenek moyang orang Bali, dimana proses pemakaman nya yang unik. Orang-orang yang meninggal di Desa Trunyan dikuburkan secara terbuka di bawah pohon dan diletakan begitu saja diatas tanah, tetapi uniknya tidak ada bau tidak sedap dari pembusukkan mayat atau jenazah karena di tempat ini, tumbuh pohon Taru Menyan atau pohon Menyan yang mampu menetralisir bau mayat. Nama Trunyan sendiri juga berasal dari nama pohon tersebut.

Meski terkenal dengan cara pemakaman unik yang disebut mepasah, masyarakat Desa Trunyan Bali ternyata juga terkadang melakukan prosesi penguburan mayat lho. Di desa Bali Aga ini, terdapat tiga lokasi pemakaman untuk masyarakat sekitar. Tiga lokasi tersebut adalah Sema Wayah, Sema Bantas serta yang terakhir adalah Sema Nguda.

Sema Wayah digunakan secara spesifik untuk mayat yang dimakamkan secara mepasah. Sementara untuk Sema bantas dipakai untuk jenis pemakaman khusus untuk mayat yang dikubur. Dan yang terakhir, Sema Nguda merupakan lokasi pemakaman yang bisa digunakan baik untuk mayat mepasah ataupun mayat yang dikubur.

Lalu bagaimana kriteria mayat yang dikubur ataupun mayat mepasah? Mayat yang dikubur biasanya adalah mereka yang meninggal karena penyakit. Selain itu, mayat yang meninggal karena kecelakaan, anak kecil yang giginya belum tanggal, meninggal secara tidak wajar, dibunuh ataupun merupakan mayat orang bunuh diri dimakamkan secara dikubur.

Sementara mayat mepasah adalah untuk masyarakat Desa Trunyan Bali yang meninggal setelah berumah tangga. Para bujangan dan anak kecil yang giginya telah tanggal juga masuk dalam kategori mayat mepasah. Dan meski ditelantarkan begitu saja, mayat mepasah pun ternyata tidak berbau busuk, malah wangi. Hal ini karena keberadaan pohon taru menyan yang mempunyai fungsi untuk menghilangkan bau bangkai mayat mepasah. Selain itu, Kuburan Desa Trunyan merupakan sebuah komplek pemakaman yang memiliki sebelas Acak Cakti atau pelindung mayat yang hanya digeletakkan begitu saja.

Bersambung,

Sumber Tulisan dan Artikel dengan Isi yang sama pernah terbit di:

https://www.kintamani.id/desa-trunyan-bali-00111.html

[TimIndonesiaExploride/IndonesiaKaya]

https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/kuburan-desa-trunyan

http://wowasiknya.com/desa-trunyan/

 

Tags :