Pinisi, Metamorfosis Puing Kapal Menjadi Jawara Lautan

Pinisi, Metamorfosis Puing Kapal Menjadi Jawara Lautan

4 Dec 2016   |   By K. Ketaren   |   3599 Views

Coklatkita.com- “Nenek moyangku orang pelaut”, ingat penggalan kalimat dalam lagu anak-anak tersebut Sobat? Nah Sobat, lagu tersebut memang menggambarkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia dulunya adalah pelaut yang tanggung mengarungi samudera. Salah satu bukti ketangguhan tersebut adalah kapal pinisi yang berasal dari Suku Bugis dan Suku Makassar, Sobat. Kali ini Coklat Kita akan membahas fakta dari kapal yang melegenda ini, yuk simak.

Berasal dari Pecahan Kapal

Sobat, kamu pasti tidak akan menyangka bahwa kapal megah seperti pinisi awalnya terbuat dari puing-puing kapal yang terhantam ombak. Dikisahkan pada abad ke-15, seorang putra mahkota Kerajaan Luwu, Sawerigading, melakukan pelayaran ke negeri Cina untuk melamar seorang gadis bernama We Cudai. Cita-cita sang pangeran tercapai Sobat, namun naas kapal yang ditumpanginya terhadang ombak besar kemudian hancur menjadi tiga bagian.

Puing-puing dari kapal ini pun akhirnya terdampar di tiga tempat yaitu di Desa Ara, Lemo-Lemo, dan Tanjung Bira. Untuk membuat kapal ini kembali menyatu utuh, masyarakat dari tiga daerah ini berinisiatif merakitnya kembali Sobat. Masing-masing dari mereka berbagi tugas, masyarakat Desa Ara membuat badan kapal, merakit kapal dilakukan oleh orang Desa Lemo, dan rancangan kapal dikerjakan oleh orang Bira. Singkat cerita, mereka pun akhirnya berhasil membuat ulang kapal yang kemudian dinamakan dengan Pinisi.

Perlu Ritual Adat Khusus Untuk Membuat Pinisi

Sobat, desain dari kapal pinisi ini memang disesuaikan dengan selera para pembuat kapal itu sendiri. Dan membuat kapal pinisi ternyata merupakan kegiatan sakral yang memerlukan ritual tersendiri, inilah yang membedakan produksi kapal di industri dengan kapal pinisi, Sobat. Serangkaian upacara adat ini dimulai dari pencarian kayu, penebangan pohon, hingga selesainya kapal yang siap untuk berlayar.

Yang unik adalah jadwal Suku Bugis dan Suku Makassar untuk membuat kapal, Sobat. Misalnya tanggal 5 dan 7 adalah waktu untuk mereka mencari kayu, tanggal 5 tersebut konon melambangkan rejeki, sedangkan 7 adalah simbol berkat yang selalu mengalir. Setelah itu, ketika hendak menebang pohon, mereka akan mengusir roh yang ada di pohon dengan persembahan berupa ayam. Upacara kembali dilanjutkan ketika peletakan lunas dan pemasangan papan kayu. Yang terakhir yaitu upacara selamatan ketika kapal tersebut akan melakukan pelayaran pertama.

Kapal dengan Nilai Filosofis Yang Tinggi

Memang tidak ada desain tertentu dalam pembuatan kapal pinisi Sobat. Namun konon kapal dengan layar berjenis sekunar yang dilengkapi dengan 2 tiang utama ini sangat lekat dengan simbol agama Islam. Contohnya, 2 layar kapal pinisi melambangkan 2 kalimat syahadat, 7 buah layar berjumlah seperti 7 ayat dalam surat Al-Fatihah. Ada juga yang mengatakan bahwa 7 layar pada kapal pinisi ini melambangkan jumlah samudera di dunia.

Selain dari bagian pelengkap kapal yang bernilai simbolik, beberapa hal juga bisa dimaknai dari proses pembuatan kapal, Sobat. Contoh, saat peletakan lunas, bagian depan dari lunas melambangkan pria, dan bagian belakang lunas sebagai simbol dari wanita. Saat balok lunas dipotong, ujung lunas yang lepas harus langsung dibuang ke laut tanpa menyentuh tanah yang menyimbolkan suami yang siap mencari nafkah dengan melaut.

Kapal Buatan Tangan Tanpa Perekat

Sobat pasti tidak akan menyangka kalau kapal legendaris ini sebagian besar dibuat dengan tangan tanpa menggunakan mesin. Hampir semua proses produksi dari mulai menebang kayu, pemasangan lunas, hingga pembuatan kapal dilakukan manual, Sobat.  

Selain itu, kapal ini pun dibuat tanpa bahan perekat Sobat. Kayu-kayu yang ada pada kapal tersusun dan hanya direkatkan dengan pasak kayu. Yang unik lagi adalah proses pembuatan kapal ini tidak berawal dari kerangka seperti pada kapal lainnya, namun badan kapal yang pertama kali dibuat, Sobat.

Pelabuhan dan Jenis Kapal Pinisi

Pelabuhan kapal pinisi berada di banyak pelabuhan di daerah Balakumba, Sobat Coklat. Hal ini disebabkan karena kapal pinisi pertama kali dibuat disana. Namun untuk melihat proses pembuatannya, Tanah Beru, Sulawesi Selatan yang harus dituju Sobat. Disana kamu bisa membuat semua proses dari pembuatan kapal pinisi dari mulai pengeringan kayu hingga finishing kapal.

Dari semua jenis kapal pinisi, ada dua kapal yang tetap eksis hingga kini Sobat yaitu Lamba dan Lambo. Saat ini kapal ini sudah semakin maju dengan motor diesel yang melengkapinya.  Selain itu, ada juga kapal jenis palari yang ukurannya lebih kecil dari jenis Lamba.

Kapal Yang Telah Melanglang Dunia

Meskipun pinisi ini merupakan kapal tradisional, namun keperkasaan dari kapal legendaris ini telah berhasil mengarungi samudera Afrika, Amerika, sampai negeri Jepang sana Sobat.

Tercatat dalam sejarah, beberapa ekspedisi yang dilakukan dengan menggunakan kapal ini Sobat. Salah satunya di masa kerajaan Sriwijaya pada abad ke-17, kapal yang mengarungi lautan ini dan berhasil menepi di Madagaskar, Afrika. Tahun 1986, sebuah ekspedisi menuju Vancouver, Kanada, juga dilakukan dengan kapal pinisi. Selanjutnya pada tahun 1987, kapal megah ini berhasil mendarat di negeri Suku Aborigin, Australia. Dalam catatan terakhir, kapal ini menjadi sarana ekspedisi ke Negara Jepang, Sobat.

Sangat hebat bukan catatan sejarah dari kapal pinisi ini Sobat? Dan untuk saat ini, kapal pinisi telah berubah fungsi dari kapal ekspedisi menjadi kapal pesiar dengan interior mewah, Sobat. 

Sumber: boombastis.com | Gambar: baguskali.com, sobatpetualang.com, ulinulin.com, tempo.co, getmyboat.com, kompas.com

Tags : Sejarah Kapal Pinisi , Kapal Pinisi , Suku Bugis